Langsung ke konten utama

Green Screen, Kain Spunbond Pengubah Background Film

“Wih...keren banget itu Spidey bisa lompat kemana – mana.” Kira kira demikian ekspresi kekaguman salah satu penonton bioskop ketika menonton salah satu film produksi Marvel Comics. Pastinya sih efek special Box Office selalu ditunggu para penggemar sinematografi, karena adegan serunya bikin kita geleng geleng kepala sambil menelan ludah sendiri, ya gak. Namun tahukah anda, latar belakang adegan sebuah film atau sesuatu yang aneh dalam dunia sinema sebenarnya diproses dari lembaran kain hijau atau biru? 

Metode mengganti layar belakang ini sering juga disebut Chroma Key. Caranya adalah menempelkan layar berwarna biru atau hijau pada tembok. Cara ini dilakukan untuk menentukan luminasi atau kilau pada background. Green Screen digunakan untuk menghapus latar belakang asli untuk diganti latar belakang sesuai pilihan.

Pemilihan warna biru atau hijau tergantung pada tingkat kecerahan sekitar, jika warna lingkungan sekitar biru maka dipakai Green Screen, dan sebaliknya. Dengan penggunaan Green Screen, seorang produser mampu mengubah background sebuah film menjadi pemandangan dimanapun bahkan dengan animasi.

Lantas bagaimana sejarahnya? Pada tahun 1903 metode ini dipakai pertama kali untuk film The Great Train Robbery. Sang Produser Erwin S. Porter menumpangkan scene kereta api berjalan di luar jendela pada sebuah kesempatan syuting. Mereka menemukan cara untuk membuatnya terjadi dengan menempelkan sepotong kain pada tembok dan dipantulkan dengan layar projector.

Tahun 2020 Green Screen mulai dikombinasikan dengan CGI (Computer Generated Imagery), sebuah program animasi canggih yang mampu menciptakan background animasi sesuai keinginan sang art director. Penggunaan visual efek ini seperti pada film the Matrix, The Avengers, Man Of Steel, dan Spiderman. 

Namun hingga kini para pekerja seni Hollywood juga masih kerap menggunakan Green Screen dan Blue screen walau tanpa penggunaan visual efek. Contohnya seperti yang dipakai untuk beberapa adegan dalam film fiksi Jurassic Park, Pirate Of Caribbean, Beauty and The Beast.

Penggunaan Green Screen berkembang pesat dalam dunia broadcasting. Hal ini sering terlihat pada prakiraan cuaca, acara berita di televisi, bahkan untuk keperluan siaran televisi lainnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Museum dengan Segudang Koleksi Boneka Tangan dari Berbagai Penjuru Dunia

Rasanya menyenangkan jika sejenak berjalan ke beberapa tempat yang memiliki citarasa seni yang tinggi, karena dengan demikian, sudah merefresh pikiran. Kali ini penulis meluangkan waktu untuk mengunjungi Museum Wayang yang terletak di Kota Tua, Jakarta. Awal masuk ke museum ini anda akan dihadapkan dengan Boneka Festival dengan tinggi sekitar 3 meter yang menjadi welcome bagi para pengunjung. Setelahnya, anda akan melalui lorong yang penuh dengan etalase yang berisi wayang dari dalam dan luar negeri. Keluar dari lorong, tepatnya di lantai dua terdapat banyak etalase yang menyimpan ratusan wayang dan boneka tangan dari seluruh negeri. Seketika itu rasa seni saya mulai tergugah karena estetika yang tinggi dari setiap wayang yang dipamerkan. Menurut sumber Detik.com, Wayang sendiri pertama kali digelar di Indonesia pada abad ke 10, di masa pemerintahan Raja Kahuripan yang mengisahkan cerita rakyat mengenai kisah Ramayana dan Mahabarata. Wayang diadopsi dari Boneka tangan atau Pupp

Seri Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia : Potret Kesederhanaan dan Toleransi Dunia

Pemimpin Tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus telah menyelesaikan perjalanan Apostolik Asia Pasifik ke Indonesia tanggal 6 September 2024 lalu. Tur ini merupakan serangkaian kunjungan selain ke Papua Nugini, Timor Leste, serta Singapura. Kedatangan Paus ke Indonesia tahun ini merupakan kali ketiga setelah Tur Paus Paulus VI pada tahun 1970, dan Paus Santo Yohanes Paulus II di tahun 1989. Pemilihan Indonesia sebagai destinasi pertama ke Asia Pasifik merupakan sesuatu hal yang menarik, mengingat Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar seluruh dunia. Kunjungan kali ini menyisakan beberapa kesan mendalam bagi banyak kalangan, pasalnya selain memberikan contoh kesederhanaan, Paus juga memberi pesan perdamaian, khususnya untuk publik Indonesia. Hal tersebut dicontohkan saat Pemimpin Hirarki tertinggi umat Katolik hanya menggunakan pesawat komersial sebagai transportasi menuju Asia. Paus menggunakan maskapai ITA Airways yang membutuhkan waktu satu hari untuk sam

Giveaway Gitar pada Beberapa Konser Green Day, Akankah Momen Ini Terjadi di Jakarta?

Musisi kenamaan Green Day resmi mengumumkan Tournya ke Indonesia. Lewat laman promotor terkemuka Indonesia, Ravel Entertainment, Band beranggotakan Billie Joe Armstrong (Vocal Gitar), Mike Dirnt (Bass), dan Tree Cool (Drum) mengkonfirmasi akan berangkat manggung di Ancol Jakarta pada bulan Februari 2025 mendatang. Informasi terkait konser diumumkan pihak promotor lewat situs greendayjkt.com.  Jika mendengar nama grup ini, saya teringat pengalaman mendengarkan musik hingga membawakan lagu mereka ketika pentas seni. Lirik lagu yang bercerita tentang kehidupan, kemanusiaan, politik, social hingga percintaan sangat menarik perhatian para pecinta maupun pelaku industri musik. Vibes yang positif dan gairah muda menjadi magnet tersendiri bagi band ini. Dalam kiprah musik internasional, Green Day telah menyabet beberapa penghargaan kelas dunia seperti Grammy Award, MTV Music Award, Nickelodeon Kids, Billboard Music, Kerrang Award, American Music Award, Iheart Music Award hingga Brit Music