Berdasarkan penelitian ilmuwan, mahluk tertua dinosaurus diperkirakan punah 66 juta tahun yang lalu, yang diikuti kemunculan manusia purba pada puluhan juta tahun berikutnya. Pada zaman manusia modern, setelah manusia mengenal teknologi digital tepatnya abad ke 19, penemuan fosilnya kerap kali memberi tanda tanya untuk para ilmuwan, karena berdasarkan kerangka yang ditemukan banyak sekali kemiripan manusia dengan Wak Awung alias bangsa simpanse.
Pastinya
anda pernah mendengar kisah Tarzan bukan? Kalau belum berarti masa kecil klean belum sah. Salah satu tokoh ikonik ini sangat santer namanya di kalangan 90an
karena kisahnya yang unik. Adalah seorang anak yang ditinggal di hutan oleh
orang tuanya dan dibesarkan oleh seekor Gorilla di hutan. Karena terbiasa dengan
adat setempat menjadikan Tarzan beradaptasi dengan lingkungannya dan hidup
seperti gorilla pada umumnya.
Ternyata kisah Tarzan ini bukanlah fiksi belaka. Penemuan ilmuwan di afrika akan mengubah pandangan anda mengenai sejarah manusia primitif. Kisah Tarzan ini pernah ada jutaan tahun yang lalu. Manusia dengan tangan yang agak bengkok, kokoh dan badan lentur yang setiap harinya tinggal dan hidup di pohon. Pastinya ya mirip dengan kebiasaan bangsa primata lakukan yakni berpindah pohon bergelantungan dari satu ke lainnya.
Berdasarkan penelitian, manusia memiliki banyak kesamaan organ dengan simpanse, setidaknya ini yang terjadi. Dari kedua tangan dan memiliki kedua kaki. Perbedaan terlihat ketika simpanse menggunakan tangan dan kaki untuk berjalan, sedangkan manusia hanya menggunakan kedua kakinya untuk berjalan. Dengan kemiripan DNA hingga 98% yang berarti penyakit yang berasal dari simpanse lebih cepat menular ke manusia.
Pada tahun
1994-1998 di Afrika Selatan para ilmuwan berhasil menemukan fosil manusia purba
yang telah berumur sekitar 3, 5 juta tahun dengan anatomi yang mirip dengan simpanse.
Bernama Little Foot manusia jenis ini mampu berjalan tegak namun biasa
bergelantungan dari pohon ke pohon lainnya. Individu ini dipanggil Little Foot karena kakinya yang berukuran kecil.
Dengan tinggi 121 centimeter Little Foot merupakan individu yang fosilnya ditemukan lebih komplit
daripada saudara tua-nya Australopithecus. Temuan tersebut melaporkan bahwa tulang punggung atas
Little Foot berfungsi untuk menopang tangan yang desainnya dapat dipakai untuk bergelantungan
pada batang pohon.
Mereka
menetap di pohon untuk menghindar dari predator atau pemangsa saat itu. Little
Food sendiri merupakan vegan yang hanya makan dari tumbuhan saja. Individu ini
memiliki jempol dan tangan yang lentur sehingga lebih kuat digunakan untuk
mendaki. Untuk jam tidur nenek moyang kita ini sama dengan simpanse yaitu
menghabiskan waktu 8 hingga 9 jam di pohon.
Bagaimana pandangan anda tentang Review Little Foot, mengapa banyak sekali kemiripan ya hingga mendekati manusia itu sendiri? Seperti halnya pendapat Charles Darwin yang mengatakan manusia merupakan evolusi dari kera, hingga saat ini para peneliti belum menemukan bukti valid untuk proses transformasinya sendiri.
Komentar
Posting Komentar