“Lah kok bisa ya, dalam masa pandemic
perusahaan masih berjalan seperti biasa, padahal pemasukan
tidak ada?”. Pertanyaan tersebut pernah saya ajukan
kepada teman seorang karyawan salah satu perusahaan Asuransi. Hal yang serupa
juga kerap dipertanyakan dalam diskusi media social maupun dalam beberapa
kesempatan kopi darat.
Hal tersebut terlintas karena jika diperhatikan dengan seksama, kondisi keuangan yang melemah menyebabkan banyak pelaku ekonomi terpaksa menutup usahanya. Hal ini dikarenakan pemasukan yang lebih rendah daripada pengeluaran. Disisi lain, pegusaha diwajibkan tetap membayar gaji karyawan, sewa gedung, hingga produksi.
Sampai
suatu saat saya disarankan teman untuk mengikuti seminar online bertajuk
investasi untuk menghadapi resesi. Investasi tersebut diharapkan mampu menutupi
khas perusahaan ketika kondisi keuangan menurun.
Dalam seminar tersebut terungkap ternyata beberapa pengusaha mempunyai metode yang cukup ampuh untuk mensiasati krisis ekonomi. Mereka mencoba menginvestasikan dana mereka dengan menggunakan metode Safe Haven.
Dikutip dari sumber Bareksa.com, safe haven adalah aset yang diharapkan nilainya tetap atau meningkat walaupun pasar tidak stabil atau bergejolak. Metode ini dicari para investor untuk menghindari aset mereka dari kerugian, ketika terjadi krisis keuangan.
Melalui Safe Haven, mereka dapat menjaga kondisi
keuangan perusahaan agar tetap stabil. Lantas darimana para pengusaha invest kekayaannya ketika ekonomi stabil? Mari kita simak beberapa sumber dana para
pengusaha disaat krisis ekonomi.
Mata Uang
Mata uang yang kerap dipakai untuk investasi ialah
Dollar dan Yen. 2 mata uang tersebut dinilai stabil dalam beberapa jangka waktu
yang lama. Pada kasus tertentu cenderung naik nilai tukarnya.
Contoh kasus pada tahun 2013 lalu Dollar mencapai
angka 10 ribu rupiah, dan di tahun 2021 naik menjadi 14 ribu rupiah. Jika para
investor menukar uang dollarnya, maka cuan yang diperoleh untuk satu dollarnya
ialah sekitar 4 ribu rupiah per Dollar.
Para pelaku ekonomi yang pintar sangat mengerti
untuk cara yang satu ini. Mereka menyimpan dollarnya ketika rupiah naik, dan
ketika inflasi yang diakibatkan rupiah turun, para pelaku ekonomi akan
menukarkan dollarnya.
Emas
Emas adalah logam mulia yang harganya akan terus
naik di pasaran. Emas dipercaya sebagai alat tukar dan investasi sejak tahun 1930.
Dengan logam ini para pengusaha dapat menyimpan assetnya.
Menurut sumber resmi website Investopedia, Emas merupakan salah satu bentuk dari Store Of Value, dimana logam tersebut tidak akan mengalami penyusutan harga nilai tukar karena dipengaruhi kebijakan suku bunga, kebijakan
moneter, atau fiscal lainnya.
Obligasi Pemerintah
Obligasi merupakan sebuah perjanjian berupa
sertifikat antara pemberi dan penerbit. Sang penerbit mempunyai kewajiban
untuk membayarkan hutang dan bunga pinjaman dari sang debitur.
Semisal perusahaan swasta atau pemerintah
menerbitkan surat hutang atau obligasi, ini berarti kita meminjamkan uang
kepada instansi tersebut, dan mereka akan membayar jumlah hutang yang kita pinjamkan sesuai jatuh tempo. Benefitnya, sang pemberi hutang akan mendapatkan bunganya.
Bukan tanpa resiko, obligasi ini memiliki Default
risk, disaat perusahaan yang anda pinjami uangnya bangkrut, dan tak mampu
membayar, maka anda akan rugi. Maka dari itu harus diperiksa benar portfolio
instansi tersebut.
Obligasi dengan tingkat resiko terendah adalah
obligasi yang diterbitkan pemerintah, karena keuangannya akan cukup
stabil dibanding perusahaan yang dikelola oleh swasta.
Komentar
Posting Komentar