Langsung ke konten utama

Titik Lebur Sunda Kelapa: Jakarta

Senin kemarin (16/11), aku mencoba melangkahkan kaki, menikmati keindahan alamiah Jakarta, yang saat ini sudah sedikit terlupakan oleh penduduk kota. Mereka kian memperhatikan mall dan gedung-gedung bertingkat modern ketimbang warisan leluhur. Saya menghentikan laju sepeda motor saya di sebuah pelabuhan tua yang terletak di Kelurahan Pejaringan.
Dari depan terlihat sebuah tugu yang bertuliskan "1527", apa arti angka itu? aku bertanya-tanya dalam hati apakah ada keunikan tersendiri di balik angka tersebut? namun aku tidak terlalu memusingkannya, bergegaslah aku untuk melihat isi dalam pelabuhan. Yang pasti dalam pikiranku angka tersebut menjelaskan seberapa tuanya pelabuhan tersebut.


Setelah masuk ke dalamnya, aku dibuat terkejut. .banyak kapal-kapal berlabuh yang ternyata kapal-kapal besar yang semuanya terbuat dari kayu. Wah bagaimana bisa? tiba-tiba saja aku bertemu dengan security pelabuhan. Namanya Pak Lukman. Dari situ aku mulai berkenalan dan berbincang-bingcang dengannya. Pria berumur 39 tahun ini mulai menceritakan perjalanannya menjadi seorang security di Pelabuhan tersebut. Dengan wajah yang terlihat masih bugar, ia mengeluarkan sebuah rokok, dan mulai menyalakannya.


Saya mulai bertanya kepadanya mengenai keadaan sekitar, dan suka dukanya bertugas di pelabuhan ini.  Ia mengatakan "Sudah 25 tahun saya bekerja disini, namun tetap saja senang dik melakukan semua pekerjaan disini, Alhamdullilah semua berjalan lancar, walau awalnya saya menghadapi banyak preman yang kerjaannya merampas barang-barang yang ada di kapal. Namun semua itu sudah berlalu dan sekarang ini, keadaan jauh lebih baik".
Ia menceritakan mengenai kapal yang besar-besar tadi. Kapal tersebut bernama Phinisi. Perahu tersebut mempunyai panjang 197 kaki dan lebar 30-an kaki. Wah memang besar yah. Badannya terbuat dari kayu ullin, yang terkenal dengan kualitas tahan lama. Perahu ini, lanjutnya, sudah ada sejak di abad 12. Jadi dengan bahan baku kayu dan terus dipakai, itu menandakan kayu ullin tersebut memang kayu yang hebat. Drrrtttt, terlihat kapal pinisi yang sedang dipakai untuk mengangkut kendaraan bermotor. namun saya mendengar bunyi listrik? lalu Pak Lukman berkata kepada saya, "Yah benar, sekarang Pinisi-pinisi sudah dilengkapi oleh listrik, untuk menghemat waktu dik". Pinisi-pinisi tersebut nampaknya sudah berevolusi oleh modernitas zaman...hmm...
Lalu, ia bercerita pula mengenai sejarah teman-temannya yang "buta huruf" namun tetap dapat menjalankan perahu. "Semua pelaut disini satu kampung dengan saya dik, kampung saya di Bugis sana, mereka dapat membaca keadaan cuaca daerah yang dituju, ketika ingin berlayar, mereka melihat bintang, dan hal ini dipergunakan untuk navigasi mereka" muncul perkataan dalam hatiku.... "Bravo!!!"
Its time to frame it, Phinisi!!! Yaww, thats a boats made from woods brother, and those boat are big!!! Kebetulan, saya bertemu seorang photographer ketika ingin menjelajahi pelabuhan lebih detil lagi. Saya mencoba untuk ngobrol seputar Sunda Kelapa dan daya tariknya, dan kami-pun berpisah, namun saat saya berjalan-jalan, saya melihat ia sedang mengambil objek-objek perahu melalui kamera SLR-nya. ketika saya melihat dia, Dia memanggil saya, "Woi... naik" Saya tambah penasaran dengan perahu tersebut, sebagai mantan reporter, insting ingin tahu selalu ada.... saya pun memberanikan diri untuk mencoba naik ke dalam phinisi tersebut. Ketika ingin menaiki phinisi yang bersandar, ternyata ada jalur yang harus dilalui, yakni, kayu sepanjang 7 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Hadohh....belum lagi, kemiringan jembatan tersebut adalah sekitar 45 derajat. Wuahhhh...??


Awalnya rasa takut itu benar-benar menghantui saya, abis bawah lautan jack (mana kgk bisa berenang), saya mencoba dengan menyebut asma-Nya Tuhan-Tuhan berkati aku (Hehhee), pertama-tama aku naik (masih pake sepatu), keadaan kayu licin sekali, lalu aku putuskan untuk membuka sepatu, dan membawanya.....Raden Bagus Selamet....hehehe, bisa dong sampe ke atas perahu (padahal takut tuh xixixxi). Saya pun bergegas ke dalam kabin kapal (buka sepatu lho...). Begitu sampai diatas kapal saya bergegas masuk kabin kapal.....Permisi Om Tante....semua Sodara-Sodara SeBangsa dan SeTanah Aerrr...yang akhirnya diizinkan masuk. Di lantai dua saya kaget, beberapa anak kecil berlarian (botak-botak semuanya), lalu ada bangku panjang untuk mereka bersantai menikmati angin sepoi-sepoi.
Menarik, karena dari atas saya memiliki view yang lumayan indah untuk melihat lebih dekat perahu yang sedang sandar dan juga dapat melihat keadaan di Pelabuhan Sunda Kelapa, dst lah... ditambah banyak mba-mba cantik xixiixx, kata mereka ada banyak keluarga dalam satu perahu..Ooo gitu yaa. . .
Setelah mengambil beberapa angel dari perahu, berbincang-bincang dengan kru perahu dan mengucapkan salam perpisahan, saya memutuskan untuk turun, namun ketika saya ingin turun, saya melihat senior saya sudah turun duluan (Hahahaa) dan yang terjadi Paranoid but Not Android by Radio Head hhhahahhaa, gak tau kenapa saya kagok banget, mungkin karena ini yang pertama kali ya? udah jembatanya hanya kayu se-upil raksasa...??
Seturunnya dari kapal, saya melanjutkan perjalanan, karena senior saya ada tugas liputan lagi, ia meninggalkan TKP untuk menuju ke tempat lain...okay, thanks bang...!!
Perjalanan tim ekspedisi..??? Hahaha dilanjutken, tiba-tiba saya melihat sepasang muda-mudi serta banyak pasang lansia yang Sangat Berbeda...apa yah?? Oh ia mereka sepertinya orang bule (kulitnya lebih terang)!? Ok.ok.ok, karena mereka berbeda, insting ingin tauuu... meningkat. Saya coba dekati mereka, dan, Hai...How Do You do, kata saya, How do you do too?? kata mereka, sebenarnya mau saya balikin lagi, biar sampai subuh gak berhenti, tapi nggak deh, nti g kagak makan-makan (kasian cacing diperut)


Kowe Seka Endi?? bule tersebut geleng-geleng....Oh ia saya yang salah...."Where do you come from?...."Ohww Im Germany, My Name's Willson, i said "My Name's Rian"....dan aku sambungin lagi dong "How Are you?"......... Im fine, thanks" kata si bule.
Willson : This place is nice, this is my first destination in Jakarta
Me       : Really, why you guys take this place
Willson : Yes, this is interesting place, and so many boats made from woods, and in my country i can't visit nice place like this", can you show us, what else object in this area?
Me       : Yes, you can go to those Phinisi, if you dare, you beg a permitt, and you can go to inside
Willson : Thats Nice, and more question, Where can we go to the other place like this near here?
Me       : Of course, there is other place like old VOC, Museum Fatahilahh, its 2 kilos from here (klo gk salah) heheee
Willson : Oh thanks, terus pacarnya yang namanya Aaliz bilang "Terima Kasih", udah deh
Me       : Siip (keceplosan)
Setelah itu saya langsung cabs, namun ada pertanyaan di benak saya, kenapa jarak musium Fatahila (museum Batavia) dan Pelabuhan Sunda Kelapa sangat dekat? Wuhhh, saya berhenti sejenak, lalu bertanya pada pusat informasi Pelabuhan, dan ternyata pada masa Fatahilah berkuasa, ia dan pasukannya berhasil merebut Pelabuhan tersebut setelah berabad- abad dikuasai oleh pasukan Portugis, setelah itu ia memberi nama kawasan tersebut dengan "Jayakarta". lalu dibuatlah gedung pemerintahan didekat pelabuhan. Jayakarta sendiri berarti kemenangan. Nama Jayakarta inilah yang kelak diganti pemerintah menjadi JAKARTA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Museum dengan Segudang Koleksi Boneka Tangan dari Berbagai Penjuru Dunia

Rasanya menyenangkan jika sejenak berjalan ke beberapa tempat yang memiliki citarasa seni yang tinggi, karena dengan demikian, sudah merefresh pikiran. Kali ini penulis meluangkan waktu untuk mengunjungi Museum Wayang yang terletak di Kota Tua, Jakarta. Awal masuk ke museum ini anda akan dihadapkan dengan Boneka Festival dengan tinggi sekitar 3 meter yang menjadi welcome bagi para pengunjung. Setelahnya, anda akan melalui lorong yang penuh dengan etalase yang berisi wayang dari dalam dan luar negeri. Keluar dari lorong, tepatnya di lantai dua terdapat banyak etalase yang menyimpan ratusan wayang dan boneka tangan dari seluruh negeri. Seketika itu rasa seni saya mulai tergugah karena estetika yang tinggi dari setiap wayang yang dipamerkan. Menurut sumber Detik.com, Wayang sendiri pertama kali digelar di Indonesia pada abad ke 10, di masa pemerintahan Raja Kahuripan yang mengisahkan cerita rakyat mengenai kisah Ramayana dan Mahabarata. Wayang diadopsi dari Boneka tangan atau Pupp

Seri Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia : Potret Kesederhanaan dan Toleransi Dunia

Pemimpin Tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus telah menyelesaikan perjalanan Apostolik Asia Pasifik ke Indonesia tanggal 6 September 2024 lalu. Tur ini merupakan serangkaian kunjungan selain ke Papua Nugini, Timor Leste, serta Singapura. Kedatangan Paus ke Indonesia tahun ini merupakan kali ketiga setelah Tur Paus Paulus VI pada tahun 1970, dan Paus Santo Yohanes Paulus II di tahun 1989. Pemilihan Indonesia sebagai destinasi pertama ke Asia Pasifik merupakan sesuatu hal yang menarik, mengingat Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar seluruh dunia. Kunjungan kali ini menyisakan beberapa kesan mendalam bagi banyak kalangan, pasalnya selain memberikan contoh kesederhanaan, Paus juga memberi pesan perdamaian, khususnya untuk publik Indonesia. Hal tersebut dicontohkan saat Pemimpin Hirarki tertinggi umat Katolik hanya menggunakan pesawat komersial sebagai transportasi menuju Asia. Paus menggunakan maskapai ITA Airways yang membutuhkan waktu satu hari untuk sam

Giveaway Gitar pada Beberapa Konser Green Day, Akankah Momen Ini Terjadi di Jakarta?

Musisi kenamaan Green Day resmi mengumumkan Tournya ke Indonesia. Lewat laman promotor terkemuka Indonesia, Ravel Entertainment, Band beranggotakan Billie Joe Armstrong (Vocal Gitar), Mike Dirnt (Bass), dan Tree Cool (Drum) mengkonfirmasi akan berangkat manggung di Ancol Jakarta pada bulan Februari 2025 mendatang. Informasi terkait konser diumumkan pihak promotor lewat situs greendayjkt.com.  Jika mendengar nama grup ini, saya teringat pengalaman mendengarkan musik hingga membawakan lagu mereka ketika pentas seni. Lirik lagu yang bercerita tentang kehidupan, kemanusiaan, politik, social hingga percintaan sangat menarik perhatian para pecinta maupun pelaku industri musik. Vibes yang positif dan gairah muda menjadi magnet tersendiri bagi band ini. Dalam kiprah musik internasional, Green Day telah menyabet beberapa penghargaan kelas dunia seperti Grammy Award, MTV Music Award, Nickelodeon Kids, Billboard Music, Kerrang Award, American Music Award, Iheart Music Award hingga Brit Music